Kamis, 03 Mei 2012

SPESIES DALAM LINGKUNGAN KOMPLEKS

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Tumbuhan adalah organisme benda hidup yang terkandung dalam alam Plantae. Biasanya, organisme yang menjalankan proses fotosintesis adalah diklasifikasikan sebagai tumbuhan. Tumbuhan memerlukan cahaya matahari untuk menjalani proses fotosintesis. Tumbuhan merangkumi semua benda hidup yang mampu menghasilkan makanan dengan menggunakan klorofil untuk menjalani proses fotosintesis dan menghasilkan kanji. Sel tumbuhan berbeda dengan sel hewan dalam beberapa segi termasuk sel tumbuhan mempunyai dinding sel.
Individu, populasi dan komunitas merupakan tingkatan yang membentuk sistem ekologi yang dikaji dalam ekologi tumbuhan. Pengertian ekologi tumbuhan secara spesifik adalah suatu kajian pada tingkat hirearki organisme dan populasi serta ekosistem yang ditempati, berkaitan dengan kondisi tersebut maka kajian dimulai dari pengenalan tanaman, analisis berdasarkan parameter ekologi yang digunakan, dimulai dari tingkat yang paling luas yang menutup permukaan bumi yang disebut vegetasi.

B.     RUMUSAN MASALAH
a.       Apa perbedaan spesies taksonomis dan spesies ekologis?
b.      Apasaja faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi tumbuhan?
c.       Apasaja kategori-kategori persebaran tumbuhan?
d.      Bagaimanakah bunyi Hukum Minimum Liebig?
e.       Bagaimanakah bunyi Hukum Toleransi Shelford?
f.       Bagaimanakah konsep Holocoenotic Lingkungan?
g.      Apa pengertian dari ekotipe tanaman?


C.     TUJUAN
a.       Mengetahui perbedaan antara spesies taksonomis dan spesies ekologis.
b.      Mengetahui apasaja faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi tumbuhan.
c.       Mengetahui apasaja kategori-kategori persebaran tumbuhan.
d.      Memahami bunyi Hukum Minimum Liebig.
e.       Memahami bunyi Hukum Toleransi Shelford.
f.       Memahami konsep Holocoenotic Lingkungan.
g.      Mengetahui pengertian dari ekotipe tanaman.


BAB II
PEMBAHASAN

a.    Spesies Taksonomis dan Spesies Ekologis
Spesies taksonomis tersusun oleh individu dan populasi yang kemungkinan secara genetis bersifat heterogen. Sedangkan spesies ekologis merupakan berbagai tumbuhan lebih bersifat homogen yang beradaptasi terhadap berbagai kondisi lingkungan mikro khusus.
b.    Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi tumbuhan
Distribusi tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1.    Iklim
Kondisi iklim merupakan salah satu faktor dominan yang mempengaruhi pola persebaran tumbuhan.
Faktor-faktor iklim yang berpengaruh terhadap persebaran makhluk hidup di permukaan bumi ini, antara lain suhu, kelembapan udara, angin, dan tingkat curah hujan.
a.    Suhu
Permukaan bumi mendapatkan energi panas dari radiasi matahari dengan intensitas penyinaran yang berbeda-beda di setiap wilayah. Daerah-daerah yang berada pada zona lintang iklim tropis, menerima penyinaran matahari setiap tahunnya relatif lebih banyak jika dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya. Selain posisi lintang, faktor kondisi geografis lainnya yang mempengaruhi tingkat intensitas penyinaran matahari antara lain kemiringan sudut datang sinar matahari, ketinggian tempat, jarak suatu wilayah dari permukaan laut, kerapatan penutupan lahan dengan tumbuhan, dan kedalaman laut.  Perbedaan intensitas penyinaran matahari menyebabkan variasi suhu udara di muka bumi.
Kondisi suhu udara sangat berpengaruh terhadap kehidupan hewan dan tumbuhan, karena berbagai jenis spesies memiliki persyaratan suhu lingkungan hidup ideal atau optimal, serta tingkat toleransi yang berbeda-beda di antara satu dan lainnya. Misalnya, flora dan fauna yang hidup di kawasan kutub memiliki tingkat ketahanan dan toleransi yang lebih tinggi terhadap perbedaan suhu yang tajam antara siang dan malam jika dibandingkan dengan flora dan fauna tropis.
Pada wilayah-wilayah yang memiliki suhu udara tidak terlalu dingin atau panas merupakan habitat yang sangat baik atau optimal bagi sebagian besar kehidupan organisme, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Hal ini disebabkan suhu yang terlalu panas atau dingin merupakan salah satu kendala bagi makhluk hidup.
Khusus dalam dunia tumbuhan, kondisi suhu udara adalah salah satu faktor pengontrol persebaran vegetasi sesuai dengan posisi lintang, ketinggian tempat, dan kondisi topografinya. Oleh karena itu, sistem penamaan habitat flora seringkali sama dengan kondisi iklimnya, seperti vegetasi hutan tropis, vegetasi lintang sedang, vegetasi gurun, dan vegetasi pegunungan tinggi.

b.    Kelembapan Udara
Selain suhu, faktor lain yang berpengaruh terhadap persebaran makhluk hidup di muka bumi adalah kelembapan. Kelembapan udara yaitu banyaknya uap air yang terkandung dalam massa udara. Tingkat kelembapan udara berpengaruh langsung terhadap pola persebaran tumbuhan di muka bumi. Beberapa jenis tumbuhan sangat cocok hidup di wilayah yang kering, sebaliknya terdapat jenis tumbuhan yang hanya dapat bertahan hidup di atas lahan dengan kadar air yang tinggi. Berdasarkan tingkat kelembapannya, berbagai jenis tumbuhan dapat diklasifikasikan ke dalam empat kelompok utama, yaitu sebagai berikut:
1.    Xerophyta, yaitu jenis tumbuhan yang sangat tahan terhadap lingkungan hidup yang kering atau gersang (kelembapan udara sangat rendah), seperti kaktus dan beberapa jenis rumput gurun.
2.    Mesophyta, yaitu jenis tumbuhan yang sangat cocok hidup di lingkungan yang lembap, seperti anggrek dan jamur (cendawan).
3.    Hygrophyta, yaitu jenis tumbuhan yang sangat cocok hidup di lingkungan yang basah, seperti eceng gondok, selada air, dan teratai.
4.    Tropophyta, yaitu jenis tumbuhan yang mampu beradaptasi terhadap perubahan musim kemarau dan penghujan. Tropophyta merupakan flora khas di daerah iklim muson tropis, seperti pohon jati.

c.    Angin
Di dalam siklus hidrologi, angin berfungsi sebagai alat transportasi yang dapat memindahkan uap air atau awan dari suatu tempat ke tempat lain. Gejala alam ini menguntungkan bagi kehidupan makhluk di bumi, karena terjadi distribusi uap air di atmosfer ke berbagai wilayah. Akibatnya, secara alamiah kebutuhan organisme akan air dapat terpenuhi. Gerakan angin juga membantu memindahkan benih dan membantu proses penyerbukan beberapa jenis tanaman tertentu.

d.   Curah Hujan
Air merupakan salah satu kebutuhan vital bagi makhluk hidup. Tanpa sumber daya air, tidak mungkin akan terdapat bentuk-bentuk kehidupan di muka bumi.Bagi makhluk hidup yang menempati biocycle daratan, sumber air utama untuk memenuhi kebutuhan hidup berasal dari curah hujan.
Melalui curah hujan, proses pendistribusian air di muka bumi akan berlangsung secara berkelanjutan. Sebagaimana telah Anda pelajari di kelas X, bahwa titik-titik air hujan yang jatuh ke bumi dapat meresap pada lapisan- lapisan tanah dan menjadi persediaan air tanah, atau bergerak sebagai air larian permukaan, kemudian mengisi badan-badan air, seperti danau atau sungai.
Begitu pentingnya air bagi kehidupan mengakibatkan pola penyebaran dan kerapatan makhluk hidup antarwilayah pada umumnya bergantung dari tinggi-rendahnya curah hujan. Wilayah-wilayah yang memiliki curah hujan tinggi pada umumnya merupakan kawasan yang dihuni oleh aneka spesies dengan jumlah dan jenis jauh lebih banyak dibandingkan dengan wilayah yang relatif lebih kering.
Sebagai contoh daerah tropis ekuatorial dengan curah hujan tinggi merupakan wilayah yang secara alamiah tertutup oleh kawasan hutan hujan tropis (belantara tropis) dengan aneka jenis flora dan fauna dan tingkat kerapatan yang tinggi. Tingkat intensitas curah hujan pada suatu wilayah akan membentuk karakteristik yang khas bagi formasi-formasi vegetasi (tumbuhan) di muka bumi.
Karakter vegetasi yang menutupi hutan hujan tropis sangat jauh berbeda dengan vegetasi yang menutupi kawasan muson, stepa, atau gurun. Karakter vegetasi di wilayah muson didominasi oleh tumbuhan gugur daun untuk menjaga kelembapan saat musim kemarau.
Wilayah gurun didominasi oleh jenis tumbuhan yang sangat tahan terhadap kekeringan. Kekhasan pola dan karakteristik vegetasi ini tentunya mengakibatkan adanya hewan-hewan yang khas pada lingkungan vegetasi tertentu. Pada dasarnya tumbuhan merupakan salah satu sumber bahan makanan (produsen) bagi hewan.

2.    Tanah
Perbedaaan jenis tanah, seperti pasir, aluvial, dan kapur serta jumlah zat mineral yang terkandung dalam humus mempengaruhi jenis tanaman yang tumbuh. Keadaan tekstur tanah berpengaruh pada daya serap tanah terhadap air. Suhu tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan akar serta kondisi air di dalam tanah. Di daerah tropis akan hidup berbagai jenis tumbuhan, sedangkan di daerah gurun atau bersalju hanya akan hidup tumbuhan tertentu.
Tumbuhan kaktus salah satu tumbuhan yang mampu beradaptasi dengan kondisi iklim dan keadaan tanah di gurun pasir. Perbedaan jenis tanah menyebabkan perbedaan jenis dan keanekaragaman tumbuhan yang dapat hidup di suatu wilayah. contohnya: di Nusa Tenggara jenis hutannya adalah Sabana karena tanahnya yang kurang subur.

c.    Kategori persebaran tumbuhan.
Ada 3 kategori persebaran tumbuhan, yaitu:
1.    Tumbuhan Kosmopolit
Tumbuhan tersebar luas atau yang sering dinamakan juga tumbuhan kosmopolit adalah kelompok taksa tumbuhan yang penyebarannya hampir di seluruh dunia. Untuk tumbuhan yang tersebar luas di wilayah tropis tumbuhan dan dinamakan tumbuhan “pantropis”.
Tumbuhan kosmopolit merupakan tumbuhan yang daerah distribusinya luas atau terdapat dimana-mana dan areal penyebarannya luas (terdapat di mana-mana). Contohnya rumput dan lumut.
Contoh Tanaman Kosmopolit:
a.    Hutan Musim
Terdapat di daerah Indonesia yang memiliki suhu udara tinggi dan memiliki perbedaan kondisi tumbuhan di musim hujan dan musim kemarau. Pada musim kemarau pohonnya akan meranggas dan pada musim hujan akan tumbuh hijau kembali. Contoh hutan musim ialah hutan jati dan kapuk randu. Hutan musim banyak terdapat di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
b.    Hutan Hujan Tropis
Terdapat di daerah yang curah hujannya tinggi. Indonesia beriklim tropis dan dilalui garis khatulistiwa sehingga Indonesia banyak memperoleh sinar matahari sepanjang tahun, curah hujan tinggi dan temperatur udara tinggi. Di Indonesia hutan hujan tropis terdapat di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.
c.    Sabana
Terdapat di daerah yang curah hujannya sedikit. Sabana berupa padang rumput yang diselingi pepohonan yang bergerombol. Sabana terdapat di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
d.   Steppa
Adalah padang rumput yang sangat luas. Stepa terdapat di daerah yang curah hujannya sangat sedikit atau rendah. Stepa terdapat di Nusa Tenggara Timur, baik untuk peternakan.
e.    Hutan Bakau atau Mangrove
Adalah hutan yang tumbuh di pantai yang berlumpur. Hutan bakau banyak terdapat di pantai Papua, Sumatera bagian timur, Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan.

2.    Tumbuhan Endemik
Menurut pakar biologi dan ekologi, endemik atau endemis berarti eksklusif asli pada suatu tempat (biota), berlawanan dengan kosmopolitan atau introduksi yang hadir di berbagai tempat. Suatu jenis tumbuhan dikatakan endemik apabila keberadaannya unik di suatu wilayah dan tidak ditemukan di wilayah lain secara alami. Istilah ini biasanya diterapkan pada unit geografi suatu pulau atau kelompok pulau, tetapi kadangkadang dapat berupa negara, tipe habitat atau wilayah. Tumbuhan yang hidup pada suatu kepulauan cenderung berkembang menjadi tipe atau jenis endemik karena isolasi geografi. Istilah endemik biasanya digunakan untuk daerah yang secara geografi terisolasi. Pengertian tumbuhan endemik dapat dibagi menjadi dua yaitu endemik luas dan endemik sempit.
Endemik luas adalah umumnya jenis-jenis yang berpembuluh yaitu mereka yang terbatas pada suatu daerah tumbuhan tertentu, yang floranya berbeda pada tingkat spesies (jenis) dan batas tak tegas antara daerah-daerah ini. Luas kawasan dari yang luas sekali seperti Euro siberia sampai yang sempit/kecil seperti Hawai. Tetapi masing-masing mempunyai flora yang berbeda-beda. Contoh: Quercus alba, Acer accharum, Liriodendron tulipifera dan lain-lain.
Endemik sempit adalah jenis yang tedapat dengan luas yang kecil (beberapa kilometer persegi) dan mempunyai kisaran toleransi yang sempit untuk keadaan lingkungan sehingga hampir tidak ada bagian di dunia dimana mereka hidup. Contoh: Tanaman pionner, tanaman yang tumbuh di tanah serpentine.
Contoh Tanaman Endemik
a.    Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata) di Kalimantan
b.    Rafflesia borneensis di Kalimantan
c.    Rafflesia cilliata di Kalimantan Timur
d.   Rafflesia patma di Nusa Kambangan dan Pangandaran
e.    Rafflesia arnoldi di Sumatra
f.        Sawo Kecik (Manilkara kauki) di Jawa
g.    Bambu manggong di Jawa
h.    Ketapang (Terminalia cattapa) di Jawa
i.         Keben (Barringtonia asiatica) di Jawa
j.         Nyamplung ( Calophyllum inophyllum) di Jawa
k.    Kayu Eboni (Diospyros sp) di Sulawesi
l.         Kayu Cendana (Santalum album) di Nusa Tenggara
m.  Sagu (Metroxylon sagu) di Papua
n.    Matoa (Pometia pinnata) khas dari papua
o.    Kepuh (Sterculia foetida) di Jawa

3.    Tumbuhan Diskontinyu
Kelompok tumbuhan diskontinyu adalah tumbuhan-tumbuhan yang sebenarnya berhubungan secara kerabat akan tetapi terpisah pada lokasi yang sangat jauh secara geografik. Salah satu contoh tumbuhan diskontinyu adalah Notofagus, yang terdapat di Afrika Selatan, Australia, Papua dan Selandia Baru.

d.   Hukum Minimum Liebig
Untuk dapat bertahan dan hidup dalam keadaan tertentu, suatu organisme harus memiliki bahan-bahan yang penting diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan keperluan-keperluan dasar ini bervariasi antara jenis dan dengan keadaan”
Dibawah keadaan-keadaan mantap bahan yang penting yang tersedia dalam jumlah paling dekat mendekati minimum yang genting yang diperlukan akan cendrung merupakan pembatas. Hukum minimum ini kurang dapat diterapkan dibawah keadaan sementara apabila jumlah, pengaruhnya dari bahan sangat cepat berubah.
Liebig menyatakan bahwa jumlah bahan utama yang dibutuhkan apabila mendekati keadaan minimum kritis cendrung menjadi pembatas. Ditambahkannya bahwa cahaya, suhu, zat makanan dan unsur-unsur utama meyebabkan hilangnya vegetasi pada ketinggian tertentu di pegunungan atau hilangnya beberapa tumbuhan dalam wilayah yang dinaungi. Jadi penyebaran tumbuhan ditentukan oleh cahaya, suhu dan unsur hara yang tidak memadai.
Liebig mempelajari pengaruh berbagai faktor pada pertumbuhan tanaman. Ia mendapatkan bahwa hasil panen selalu dibatasi bukan saja oleh unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah besar dalam lingkungan, tetapi oleh beberapa bahan seperti Zn, yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit dan jarang sekali dalam tanah. Liebig menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman tergantung pada jumlah minimum. Pernyataan ini dikenal sebagai Hukum Minimum Liebig.
Dasar-dasar utama harus ditambahkan pada konsep ini untuk penggunaannya dalam praktek. Pertama, bahwa Hukum Minimum Liebig dapat dipakai hanya dalam keadaan yang tetap, yaitu bila pemasukan dan pengeluaran energi adalah seimbang. Misalnya CO2 adalah faktor pembatas utama dalam danau dan oleh karena itu produktivitas seimbang dengan kecepatan penyediaan CO2 yang berasal dari proses pembusukan bahan organik dengan cahaya, nitrogen, fosfor dan unsur-unsur utama lainnya yang dipergunakan dalam jumlah banyak dalam keadaan yang stabil seimbang.
Kedua adalah faktor interaksi. Beberapa tumbuhan memperlihatkan bahwa kebutuhan Zn lebih sedikit bila tumbuh di bawah naungan dari pada dengan cahaya penuh. Konsentrasi Zn yang rendah dalam tanah akan berkurang sifat membatasnya bagi tanaman yang berada di bawah naungan dibanding dengan cahaya penuh pada kondisi yang sama.

e.    Hukum Toleransi Shelford
Kehadiran dan keberhasilan suatu organisme tergantung kepada lengkapnya komplerks-kompleks keadaan. Ketiadan atau kegagalan suatu organisme dapat dikendalikan oleh kekurangan atau kelebihan secara kualitatif dan kuantitatif dari salah satu beberapa faktor yang mungkin mendekati batas-batas toleransi organisme tersebut”
Beberapa azas tambahan terhadap hukum toleransi dapat dinyatakan sebagai berikut :
1.      Organisme-organisme dapat memiliki kisaran toileransi yang lebar bagi satu faktor dan kisaran yang sempit untuk lainnya.
2.      Organisme-organisme dengan kisaran-kisaran toleransi yang luas untuk semua wajar memiliki penyebaran yang paling luas.
3.      Apabila keadaan-keadaan tidak optimum bagi suatu jenis mengenai suatu faktor ekologi, batas-batas toleransi terhadap faktor-faktor ekologi lainnya dapat dikurangi berkenaan dengan faktor-faktor ekologi lainnya.
4.      Seringkali ditemukan bahwa organisme-organisme dialam sebenarnya tidak hidup pada kisaran optimum berkenan dengan faktor fisik tertentu.
5.      Periode reproduksi biasanya merupakan periode yang gawat apabila faktor-faktor lingkungan bersifat membatasi. Batas-batas toleransi individu-individu reproduktif, bili-biji, telur-telur, embrio, kecambah atau anakan-anakan pohon, larva biasanya lebih sempit daripada tumbuh-tumbuhan atau binatang dewasa lebih sempit daripada tumbuh-tumbuhan atau binatang dewasa nonproduktif.

f.     Konsep Holocoenotic Lingkungan
Konsep Holosenotik adalah suatu klimaks alami tehadap modifikasi lain pada Hukum Liebig. Telah diketahui, bila suatu faktor pembatas dapat diatasi, maka akan timbul faktor pembatas lain. Walaupun pertumbuhan suatu individu organisme atau sekelompok organisme dipengaruhi oleh faktor-faktor pembatas, namun tidak dapat disangkal bahwa lingkungan benar-benar merupakan suatu kumpulan dari macam-macam faktor yang saling berinteraksi. Jika suatu faktor berubah maka hampir semua faktor lainnya ikut berubah. Konsep Holosenotik menyatakan bahwa tidak mungkin untuk mengisolir arti penting faktor lingkungan tunggal yang berpengaruh terhadap distribusi atau kelimpahan suatu spesies, karena faktor-faktor tersebut bersifat saling bergantung satu sama lain atau interdependen dan dapat bekerja secara sinergenetik.
Konsep Holosenotik tidak berarti bahwa semua faktor harus setara atau mempunyai bobot yang sama. Faktor tertentu dalam suatu ekosistem dapat mendominier yang lainnya. Billings pada tahun 1970 menamakan faktor tersebut sebagai faktor pemicu.

g.    Ekotipe Tanaman
Kata Ekotipe pertama kali diperkenalkan oleh ahli ekolog bangsa Swedia bernama Turesson pada Tahun 1922. Beliau mengadakan percobaan terhadap beberapa spesies tanaman yang ditanam pada berbagai keadaan lingkungan yang berbeda. Ternyata masing-masing spesies yang sama akan memperlihatkan sifat-sifat morfologis yang berbeda sehubungan dengan adanya perbedaan lingkungan.
Ekotipe adalah bagian dari populasi suatu jenis yang menunjukkan cirri-ciri morfologi kimia atau fisiologi yang mantap dan diatur oleh faktor-faktor genetika yang berkolerasi dengan keadaan ekologi tertentu. Ekotipe merupakan bentuk genetik dari sutu jenis dalam suatu populasi sebagai hasil adaptasinya terhadap lingkungan peralihan antara 2 atau lebih komunitas yang berbeda.

BAB III
PENUTUP
A.  KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa:
1.      Perbedaan Spesies Taksonomis dan Spesies Ekologis yaitu jika spesies taksonomis tersusun oleh individu dan populasi yang kemungkinan secara genetis bersifat heterogen. Sedangkan spesies ekologis merupakan berbagai tumbuhan lebih bersifat homogen yang beradaptasi terhadap berbagai kondisi lingkungan mikro khusus.
2.      Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi tumbuhan
a.    Iklim (suhu, kelembapan udara, angin, dan tingkat curah hujan)
b.    Tanah
3.      Ada 3 kategori persebaran tumbuhan, yaitu:
a.       Tumbuhan kosmopolit
b.      Tumbuhan Endemik, dan
c.       Tumbuhan Diskontinyu
4.      Hukum Minimum Liebig
Untuk dapat bertahan dan hidup dalam keadaan tertentu, suatu organisme harus memiliki bahan-bahan yang penting diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan keperluan-keperluan dasar ini bervariasi antara jenis dan dengan keadaan”
5.      Hukum Toleransi Shelford
Kehadiran dan keberhasilan suatu organisme tergantung kepada lengkapnya komplerks-kompleks keadaan. Ketiadan atau kegagalan suatu organisme dapat dikendalikan oleh kekurangan atau kelebihan secara kualitatif dan kuantitatif dari salah satu beberapa faktor yang mungkin mendekati batas-batas toleransi organisme tersebut”
6.      Konsep Holosenotik adalah suatu klimaks alami tehadap modifikasi lain pada Hukum Liebig. Konsep Holosenotik menyatakan bahwa tidak mungkin untuk mengisolir arti penting faktor lingkungan tunggal yang berpengaruh terhadap distribusi atau kelimpahan suatu spesies, karena faktor-faktor tersebut bersifat saling bergantung satu sama lain atau interdependen dan dapat bekerja secara sinergenetik.
7.      Ekotipe adalah bagian dari populasi suatu jenis yang menunjukkan cirri-ciri morfologi kimia atau fisiologi yang mantap dan diatur oleh faktor-faktor genetika yang berkolerasi dengan keadaan ekologi tertentu. Ekotipe merupakan bentuk genetik dari sutu jenis dalam suatu populasi sebagai hasil adaptasinya terhadap lingkungan peralihan antara 2 atau lebih komunitas yang berbeda.

B.  SARAN
Bagi para pembaca yang ingin mengetahui lebih jelasnnya mengenai lumut kerak, agar mencari lagi referensi yang lain karena tidak dapat kami pungkiri bahwa dalam pembuatan makalah ini, masih banyak kekurangan yang perlu disempurnakan.


DAFTAR PUSTAKA

Burnie, David. 2005. Ekologi. Jakarta: Erlangga
Lumowa, Sonja. 2011. Diktat Ekologi Tumbuhan. Samarinda: Universitas Mulawarman
file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND.../hk,teori.pdf
                   Diakses 17 Maret 2012
http://amrielyusar.blogspot.com/2010/08/faktor-pembatas-hukum-dan-toleransi.html
Diakses 17 Maret 2012
http://elfisuir.blogspot.com/2010/02/lingkungan-sebagai-faktor-pembatas.html
Diakses 17 Maret 2012
http://jurgeo.blogspot.com/2011/09/agen-penyebaran-tumbuhan.html
Diakses 17 Maret 2012
Diakses 17 Maret 2012
http://id.merbabu.com/artikel/ekologi.html
Diakses 17 Maret 2012
meilia.student.umm.ac.id/download-as.../student_blog_article_103.
Diakses 17 Maret 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar