BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Tumbuhan adalah organisme benda hidup
yang terkandung dalam alam Plantae. Biasanya, organisme yang menjalankan proses
fotosintesis
adalah diklasifikasikan sebagai tumbuhan. Tumbuhan memerlukan cahaya matahari
untuk menjalani proses fotosintesis. Tumbuhan merangkumi semua benda hidup yang
mampu menghasilkan makanan dengan menggunakan klorofil untuk menjalani proses fotosintesis
dan menghasilkan kanji.
Sel tumbuhan berbeda
dengan sel hewan dalam beberapa segi termasuk sel tumbuhan mempunyai dinding
sel.
Individu, populasi dan komunitas merupakan tingkatan
yang membentuk sistem ekologi yang dikaji dalam ekologi tumbuhan. Pengertian
ekologi tumbuhan secara spesifik adalah suatu kajian pada tingkat hirearki
organisme dan populasi serta ekosistem yang ditempati, berkaitan dengan kondisi
tersebut maka kajian dimulai dari pengenalan tanaman, analisis berdasarkan
parameter ekologi yang digunakan, dimulai dari tingkat yang paling luas yang
menutup permukaan bumi yang disebut vegetasi.
B. RUMUSAN
MASALAH
a. Apa
perbedaan spesies taksonomis dan spesies ekologis?
b. Apasaja
faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi tumbuhan?
c. Apasaja
kategori-kategori persebaran tumbuhan?
d. Bagaimanakah
bunyi Hukum Minimum Liebig?
e. Bagaimanakah
bunyi Hukum Toleransi Shelford?
f. Bagaimanakah
konsep Holocoenotic Lingkungan?
g. Apa
pengertian dari ekotipe tanaman?
C. TUJUAN
a. Mengetahui
perbedaan antara spesies taksonomis dan spesies ekologis.
b. Mengetahui
apasaja faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi tumbuhan.
c. Mengetahui
apasaja kategori-kategori persebaran tumbuhan.
d. Memahami
bunyi Hukum Minimum Liebig.
e. Memahami
bunyi Hukum Toleransi Shelford.
f. Memahami
konsep Holocoenotic Lingkungan.
g. Mengetahui
pengertian dari ekotipe tanaman.
BAB
II
PEMBAHASAN
a. Spesies
Taksonomis dan Spesies Ekologis
Spesies taksonomis tersusun oleh
individu dan populasi yang kemungkinan secara genetis bersifat heterogen.
Sedangkan spesies ekologis merupakan berbagai tumbuhan lebih bersifat homogen
yang beradaptasi terhadap berbagai kondisi lingkungan mikro khusus.
b. Faktor-faktor
yang mempengaruhi distribusi tumbuhan
Distribusi tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu:
1. Iklim
Kondisi
iklim merupakan salah satu faktor dominan yang mempengaruhi pola persebaran
tumbuhan.
Faktor-faktor
iklim yang berpengaruh terhadap persebaran makhluk hidup di permukaan bumi ini,
antara lain suhu, kelembapan udara, angin, dan tingkat curah hujan.
a. Suhu
Permukaan
bumi mendapatkan energi panas dari radiasi matahari dengan intensitas
penyinaran yang berbeda-beda di setiap wilayah. Daerah-daerah yang berada pada
zona lintang iklim tropis, menerima penyinaran matahari setiap tahunnya relatif
lebih banyak jika dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya. Selain posisi
lintang, faktor kondisi geografis lainnya yang mempengaruhi tingkat intensitas
penyinaran matahari antara lain kemiringan sudut datang sinar matahari,
ketinggian tempat, jarak suatu wilayah dari permukaan laut, kerapatan penutupan
lahan dengan tumbuhan, dan kedalaman laut. Perbedaan intensitas
penyinaran matahari menyebabkan variasi suhu udara di muka bumi.
Kondisi
suhu udara sangat berpengaruh terhadap kehidupan hewan dan tumbuhan, karena
berbagai jenis spesies memiliki persyaratan suhu lingkungan hidup ideal atau
optimal, serta tingkat toleransi yang berbeda-beda di antara satu dan lainnya.
Misalnya, flora dan fauna yang hidup di kawasan kutub memiliki tingkat ketahanan
dan toleransi yang lebih tinggi terhadap perbedaan suhu yang tajam antara siang
dan malam jika dibandingkan dengan flora dan fauna tropis.
Pada
wilayah-wilayah yang memiliki suhu udara tidak terlalu dingin atau panas
merupakan habitat yang sangat baik atau optimal bagi sebagian besar kehidupan
organisme, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Hal ini disebabkan suhu yang
terlalu panas atau dingin merupakan salah satu kendala bagi makhluk hidup.
Khusus dalam dunia tumbuhan, kondisi suhu udara adalah salah satu faktor pengontrol persebaran vegetasi sesuai dengan posisi lintang, ketinggian tempat, dan kondisi topografinya. Oleh karena itu, sistem penamaan habitat flora seringkali sama dengan kondisi iklimnya, seperti vegetasi hutan tropis, vegetasi lintang sedang, vegetasi gurun, dan vegetasi pegunungan tinggi.
Khusus dalam dunia tumbuhan, kondisi suhu udara adalah salah satu faktor pengontrol persebaran vegetasi sesuai dengan posisi lintang, ketinggian tempat, dan kondisi topografinya. Oleh karena itu, sistem penamaan habitat flora seringkali sama dengan kondisi iklimnya, seperti vegetasi hutan tropis, vegetasi lintang sedang, vegetasi gurun, dan vegetasi pegunungan tinggi.
b. Kelembapan
Udara
Selain
suhu, faktor lain yang berpengaruh terhadap persebaran makhluk hidup di muka
bumi adalah kelembapan. Kelembapan udara yaitu banyaknya uap air yang terkandung
dalam massa udara. Tingkat kelembapan udara berpengaruh langsung terhadap pola
persebaran tumbuhan di muka bumi. Beberapa jenis tumbuhan sangat cocok hidup di
wilayah yang kering, sebaliknya terdapat jenis tumbuhan yang hanya dapat
bertahan hidup di atas lahan dengan kadar air yang tinggi. Berdasarkan tingkat
kelembapannya, berbagai jenis tumbuhan dapat diklasifikasikan ke dalam empat
kelompok utama, yaitu sebagai berikut:
1. Xerophyta, yaitu jenis tumbuhan yang
sangat tahan terhadap lingkungan hidup yang kering atau gersang (kelembapan
udara sangat rendah), seperti kaktus dan beberapa jenis rumput gurun.
2. Mesophyta, yaitu jenis tumbuhan yang
sangat cocok hidup di lingkungan yang lembap, seperti anggrek dan jamur
(cendawan).
3. Hygrophyta, yaitu jenis tumbuhan yang
sangat cocok hidup di lingkungan yang basah, seperti eceng gondok, selada air,
dan teratai.
4. Tropophyta, yaitu jenis tumbuhan
yang mampu beradaptasi terhadap perubahan musim kemarau dan penghujan.
Tropophyta merupakan flora khas di daerah iklim muson tropis, seperti pohon jati.
c. Angin
Di dalam
siklus hidrologi, angin berfungsi sebagai alat transportasi yang dapat
memindahkan uap air atau awan dari suatu tempat ke tempat lain. Gejala alam ini
menguntungkan bagi kehidupan makhluk di bumi, karena terjadi distribusi uap air
di atmosfer ke berbagai wilayah. Akibatnya, secara alamiah kebutuhan organisme
akan air dapat terpenuhi. Gerakan angin juga membantu memindahkan benih dan
membantu proses penyerbukan beberapa jenis tanaman tertentu.
d. Curah
Hujan
Air merupakan
salah satu kebutuhan vital bagi makhluk hidup. Tanpa sumber daya air, tidak
mungkin akan terdapat bentuk-bentuk kehidupan di muka bumi.Bagi makhluk hidup
yang menempati biocycle daratan, sumber air utama untuk memenuhi kebutuhan
hidup berasal dari curah hujan.
Melalui
curah hujan, proses pendistribusian air di muka bumi akan berlangsung secara
berkelanjutan. Sebagaimana telah Anda pelajari di kelas X, bahwa titik-titik
air hujan yang jatuh ke bumi dapat meresap pada lapisan- lapisan tanah dan
menjadi persediaan air tanah, atau bergerak sebagai air larian permukaan,
kemudian mengisi badan-badan air, seperti danau atau sungai.
Begitu
pentingnya air bagi kehidupan mengakibatkan pola penyebaran dan kerapatan
makhluk hidup antarwilayah pada umumnya bergantung dari tinggi-rendahnya curah
hujan. Wilayah-wilayah yang memiliki curah hujan tinggi pada umumnya merupakan
kawasan yang dihuni oleh aneka spesies dengan jumlah dan jenis jauh lebih
banyak dibandingkan dengan wilayah yang relatif lebih kering.
Sebagai
contoh daerah tropis ekuatorial dengan curah hujan tinggi merupakan wilayah
yang secara alamiah tertutup oleh kawasan hutan hujan tropis (belantara tropis)
dengan aneka jenis flora dan fauna dan tingkat kerapatan yang tinggi. Tingkat
intensitas curah hujan pada suatu wilayah akan membentuk karakteristik yang
khas bagi formasi-formasi vegetasi (tumbuhan) di muka bumi.
Karakter
vegetasi yang menutupi hutan hujan tropis sangat jauh berbeda dengan vegetasi
yang menutupi kawasan muson, stepa, atau gurun. Karakter vegetasi di wilayah
muson didominasi oleh tumbuhan gugur daun untuk menjaga kelembapan saat musim
kemarau.
Wilayah
gurun didominasi oleh jenis tumbuhan yang sangat tahan terhadap kekeringan.
Kekhasan pola dan karakteristik vegetasi ini tentunya mengakibatkan adanya
hewan-hewan yang khas pada lingkungan vegetasi tertentu. Pada dasarnya tumbuhan
merupakan salah satu sumber bahan makanan (produsen) bagi hewan.
2. Tanah
Perbedaaan
jenis tanah, seperti pasir, aluvial, dan kapur serta jumlah zat mineral yang
terkandung dalam humus mempengaruhi jenis tanaman yang tumbuh. Keadaan tekstur
tanah berpengaruh pada daya serap tanah terhadap air. Suhu tanah berpengaruh
terhadap pertumbuhan akar serta kondisi air di dalam tanah. Di daerah tropis
akan hidup berbagai jenis tumbuhan, sedangkan di daerah gurun atau bersalju
hanya akan hidup tumbuhan tertentu.
Tumbuhan
kaktus salah satu tumbuhan yang mampu beradaptasi dengan kondisi iklim dan
keadaan tanah di gurun pasir. Perbedaan jenis tanah menyebabkan perbedaan jenis
dan keanekaragaman tumbuhan yang dapat hidup di suatu wilayah. contohnya: di
Nusa Tenggara jenis hutannya adalah Sabana karena tanahnya yang kurang subur.
c. Kategori
persebaran tumbuhan.
Ada 3 kategori persebaran tumbuhan,
yaitu:
1. Tumbuhan
Kosmopolit
Tumbuhan tersebar luas atau yang sering
dinamakan juga tumbuhan kosmopolit adalah kelompok taksa tumbuhan yang
penyebarannya hampir di seluruh dunia. Untuk tumbuhan yang tersebar luas di
wilayah tropis tumbuhan dan dinamakan tumbuhan “pantropis”.
Tumbuhan kosmopolit merupakan tumbuhan
yang daerah distribusinya luas atau terdapat dimana-mana dan areal
penyebarannya luas (terdapat di mana-mana). Contohnya rumput dan lumut.
Contoh Tanaman Kosmopolit:
a.
Hutan Musim
Terdapat di daerah Indonesia yang
memiliki suhu udara tinggi dan memiliki perbedaan kondisi tumbuhan di musim
hujan dan musim kemarau. Pada musim kemarau pohonnya akan meranggas dan pada
musim hujan akan tumbuh hijau kembali. Contoh hutan musim ialah hutan jati dan
kapuk randu. Hutan musim banyak terdapat di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
b.
Hutan Hujan Tropis
Terdapat di daerah yang curah
hujannya tinggi. Indonesia beriklim tropis dan dilalui garis khatulistiwa
sehingga Indonesia banyak memperoleh sinar matahari sepanjang tahun, curah
hujan tinggi dan temperatur udara tinggi. Di Indonesia hutan hujan tropis
terdapat di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.
c.
Sabana
Terdapat di daerah yang curah
hujannya sedikit. Sabana berupa padang rumput yang diselingi pepohonan yang
bergerombol. Sabana terdapat di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
d.
Steppa
Adalah padang rumput yang sangat
luas. Stepa terdapat di daerah yang curah hujannya sangat sedikit atau rendah.
Stepa terdapat di Nusa Tenggara Timur, baik untuk peternakan.
e. Hutan Bakau atau Mangrove
Adalah hutan yang tumbuh di pantai
yang berlumpur. Hutan bakau banyak terdapat di pantai Papua, Sumatera bagian
timur, Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan.
2. Tumbuhan
Endemik
Menurut pakar biologi dan ekologi, endemik atau endemis
berarti eksklusif asli pada suatu tempat (biota), berlawanan dengan
kosmopolitan atau introduksi yang hadir di berbagai tempat. Suatu jenis
tumbuhan dikatakan endemik apabila keberadaannya unik di suatu wilayah dan
tidak ditemukan di wilayah lain secara alami. Istilah ini biasanya diterapkan pada
unit geografi suatu pulau atau kelompok pulau, tetapi kadangkadang dapat berupa
negara, tipe habitat atau wilayah. Tumbuhan yang hidup pada suatu kepulauan
cenderung berkembang menjadi tipe atau jenis endemik karena isolasi geografi.
Istilah endemik biasanya digunakan untuk daerah yang secara geografi
terisolasi. Pengertian tumbuhan endemik dapat dibagi menjadi dua yaitu endemik
luas dan endemik sempit.
Endemik luas adalah umumnya jenis-jenis yang berpembuluh
yaitu mereka yang terbatas pada suatu daerah tumbuhan tertentu, yang floranya
berbeda pada tingkat spesies (jenis) dan batas tak tegas antara daerah-daerah
ini. Luas kawasan dari yang luas sekali seperti Euro siberia sampai yang
sempit/kecil seperti Hawai. Tetapi masing-masing mempunyai flora yang berbeda-beda.
Contoh: Quercus alba, Acer accharum, Liriodendron tulipifera dan lain-lain.
Endemik sempit adalah jenis yang tedapat dengan luas yang
kecil (beberapa kilometer persegi) dan mempunyai kisaran toleransi yang sempit
untuk keadaan lingkungan sehingga hampir tidak ada bagian di dunia dimana
mereka hidup. Contoh: Tanaman pionner, tanaman yang tumbuh di tanah serpentine.
Contoh Tanaman Endemik
a. Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata) di Kalimantan
b. Rafflesia borneensis di
Kalimantan
c. Rafflesia cilliata di Kalimantan
Timur
d. Rafflesia patma di Nusa Kambangan dan Pangandaran
e. Rafflesia arnoldi di
Sumatra
f. Sawo Kecik (Manilkara kauki) di Jawa
g. Bambu manggong di Jawa
h. Ketapang (Terminalia cattapa) di Jawa
i.
Keben (Barringtonia asiatica) di Jawa
j.
Nyamplung (
Calophyllum
inophyllum) di Jawa
k. Kayu Eboni (Diospyros sp) di Sulawesi
l.
Kayu
Cendana (Santalum album) di Nusa
Tenggara
m. Sagu (Metroxylon sagu) di Papua
n. Matoa (Pometia pinnata) khas dari papua
o. Kepuh (Sterculia foetida) di Jawa
3. Tumbuhan
Diskontinyu
Kelompok tumbuhan diskontinyu adalah
tumbuhan-tumbuhan yang sebenarnya berhubungan secara kerabat akan tetapi
terpisah pada lokasi yang sangat jauh secara geografik. Salah satu contoh
tumbuhan diskontinyu adalah Notofagus, yang terdapat di Afrika Selatan,
Australia, Papua dan Selandia Baru.
d. Hukum
Minimum Liebig
“Untuk
dapat bertahan dan hidup dalam keadaan tertentu, suatu organisme harus memiliki
bahan-bahan yang penting diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan
keperluan-keperluan dasar ini bervariasi antara jenis dan dengan keadaan”
Dibawah keadaan-keadaan mantap bahan yang penting yang tersedia dalam
jumlah paling dekat mendekati minimum yang genting yang diperlukan akan
cendrung merupakan pembatas. Hukum minimum ini kurang dapat diterapkan dibawah
keadaan sementara apabila jumlah, pengaruhnya dari bahan sangat cepat berubah.
Liebig menyatakan bahwa jumlah bahan utama yang dibutuhkan apabila
mendekati keadaan minimum kritis cendrung menjadi pembatas. Ditambahkannya
bahwa cahaya, suhu, zat makanan dan unsur-unsur utama meyebabkan hilangnya
vegetasi pada ketinggian tertentu di pegunungan atau hilangnya beberapa
tumbuhan dalam wilayah yang dinaungi. Jadi penyebaran tumbuhan ditentukan oleh
cahaya, suhu dan unsur hara yang tidak memadai.
Liebig mempelajari pengaruh berbagai faktor pada pertumbuhan tanaman. Ia
mendapatkan bahwa hasil panen selalu dibatasi bukan saja oleh unsur hara yang
dibutuhkan dalam jumlah besar dalam lingkungan, tetapi oleh beberapa bahan
seperti Zn, yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit dan jarang sekali dalam tanah.
Liebig menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman tergantung pada jumlah minimum.
Pernyataan ini dikenal sebagai Hukum Minimum Liebig.
Dasar-dasar utama harus ditambahkan pada konsep ini untuk penggunaannya
dalam praktek. Pertama, bahwa Hukum Minimum Liebig dapat dipakai hanya dalam
keadaan yang tetap, yaitu bila pemasukan dan pengeluaran energi adalah
seimbang. Misalnya CO2 adalah faktor pembatas utama dalam danau dan oleh karena
itu produktivitas seimbang dengan kecepatan penyediaan CO2 yang berasal dari
proses pembusukan bahan organik dengan cahaya, nitrogen, fosfor dan unsur-unsur
utama lainnya yang dipergunakan dalam jumlah banyak dalam keadaan yang stabil
seimbang.
Kedua adalah faktor interaksi. Beberapa tumbuhan memperlihatkan bahwa
kebutuhan Zn lebih sedikit bila tumbuh di bawah naungan dari pada dengan cahaya
penuh. Konsentrasi Zn yang rendah dalam tanah akan berkurang sifat membatasnya
bagi tanaman yang berada di bawah naungan dibanding dengan cahaya penuh pada
kondisi yang sama.
e. Hukum
Toleransi Shelford
“Kehadiran
dan keberhasilan suatu organisme tergantung kepada lengkapnya
komplerks-kompleks keadaan. Ketiadan atau kegagalan suatu organisme dapat
dikendalikan oleh kekurangan atau kelebihan secara kualitatif dan kuantitatif
dari salah satu beberapa faktor yang mungkin mendekati batas-batas toleransi
organisme tersebut”
Beberapa azas tambahan terhadap hukum toleransi dapat dinyatakan sebagai
berikut :
1.
Organisme-organisme dapat memiliki kisaran toileransi
yang lebar bagi satu faktor dan kisaran yang sempit untuk lainnya.
2.
Organisme-organisme dengan kisaran-kisaran toleransi
yang luas untuk semua wajar memiliki penyebaran yang paling luas.
3.
Apabila keadaan-keadaan tidak optimum bagi suatu jenis
mengenai suatu faktor ekologi, batas-batas toleransi terhadap faktor-faktor
ekologi lainnya dapat dikurangi berkenaan dengan faktor-faktor ekologi lainnya.
4.
Seringkali ditemukan bahwa organisme-organisme dialam
sebenarnya tidak hidup pada kisaran optimum berkenan dengan faktor fisik
tertentu.
5.
Periode reproduksi biasanya merupakan periode yang
gawat apabila faktor-faktor lingkungan bersifat membatasi. Batas-batas
toleransi individu-individu reproduktif, bili-biji, telur-telur, embrio,
kecambah atau anakan-anakan pohon, larva biasanya lebih sempit daripada
tumbuh-tumbuhan atau binatang dewasa lebih sempit daripada tumbuh-tumbuhan atau
binatang dewasa nonproduktif.
f. Konsep
Holocoenotic Lingkungan
Konsep Holosenotik adalah suatu klimaks
alami tehadap modifikasi lain pada Hukum Liebig. Telah diketahui, bila suatu
faktor pembatas dapat diatasi, maka akan timbul faktor pembatas lain. Walaupun
pertumbuhan suatu individu organisme atau sekelompok organisme dipengaruhi oleh
faktor-faktor pembatas, namun tidak dapat disangkal bahwa lingkungan
benar-benar merupakan suatu kumpulan dari macam-macam faktor yang saling
berinteraksi. Jika suatu faktor berubah maka hampir semua faktor lainnya ikut
berubah. Konsep Holosenotik menyatakan bahwa tidak mungkin untuk mengisolir
arti penting faktor lingkungan tunggal yang berpengaruh terhadap distribusi
atau kelimpahan suatu spesies, karena faktor-faktor tersebut bersifat saling
bergantung satu sama lain atau interdependen dan dapat bekerja secara
sinergenetik.
Konsep Holosenotik tidak berarti bahwa
semua faktor harus setara atau mempunyai bobot yang sama. Faktor tertentu dalam
suatu ekosistem dapat mendominier yang lainnya. Billings pada tahun 1970
menamakan faktor tersebut sebagai faktor pemicu.
g. Ekotipe
Tanaman
Kata Ekotipe pertama kali diperkenalkan
oleh ahli ekolog bangsa Swedia bernama Turesson pada Tahun 1922. Beliau
mengadakan percobaan terhadap beberapa spesies tanaman yang ditanam pada
berbagai keadaan lingkungan yang berbeda. Ternyata masing-masing spesies yang
sama akan memperlihatkan sifat-sifat morfologis yang berbeda sehubungan dengan
adanya perbedaan lingkungan.
Ekotipe adalah bagian dari populasi
suatu jenis yang menunjukkan cirri-ciri morfologi kimia atau fisiologi yang
mantap dan diatur oleh faktor-faktor genetika yang berkolerasi dengan keadaan
ekologi tertentu. Ekotipe merupakan bentuk genetik dari sutu jenis dalam suatu
populasi sebagai hasil adaptasinya terhadap lingkungan peralihan antara 2 atau
lebih komunitas yang berbeda.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari
hasil pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa:
1. Perbedaan
Spesies Taksonomis dan Spesies Ekologis yaitu jika spesies taksonomis tersusun
oleh individu dan populasi yang kemungkinan secara genetis bersifat heterogen.
Sedangkan spesies ekologis merupakan berbagai tumbuhan lebih bersifat homogen
yang beradaptasi terhadap berbagai kondisi lingkungan mikro khusus.
2. Faktor-faktor
yang mempengaruhi distribusi tumbuhan
a. Iklim (suhu, kelembapan udara,
angin, dan tingkat curah hujan)
b. Tanah
3. Ada
3 kategori persebaran tumbuhan, yaitu:
a. Tumbuhan
kosmopolit
b. Tumbuhan
Endemik, dan
c. Tumbuhan
Diskontinyu
4. Hukum
Minimum Liebig
“Untuk
dapat bertahan dan hidup dalam keadaan tertentu, suatu organisme harus memiliki
bahan-bahan yang penting diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan
keperluan-keperluan dasar ini bervariasi antara jenis dan dengan keadaan”
5. Hukum
Toleransi Shelford
“Kehadiran
dan keberhasilan suatu organisme tergantung kepada lengkapnya
komplerks-kompleks keadaan. Ketiadan atau kegagalan suatu organisme dapat
dikendalikan oleh kekurangan atau kelebihan secara kualitatif dan kuantitatif
dari salah satu beberapa faktor yang mungkin mendekati batas-batas toleransi
organisme tersebut”
6. Konsep
Holosenotik adalah suatu klimaks alami tehadap modifikasi lain pada Hukum
Liebig. Konsep Holosenotik menyatakan bahwa tidak mungkin untuk mengisolir arti
penting faktor lingkungan tunggal yang berpengaruh terhadap distribusi atau
kelimpahan suatu spesies, karena faktor-faktor tersebut bersifat saling
bergantung satu sama lain atau interdependen dan dapat bekerja secara sinergenetik.
7. Ekotipe
adalah bagian dari populasi suatu jenis yang menunjukkan cirri-ciri morfologi
kimia atau fisiologi yang mantap dan diatur oleh faktor-faktor genetika yang
berkolerasi dengan keadaan ekologi tertentu. Ekotipe merupakan bentuk genetik
dari sutu jenis dalam suatu populasi sebagai hasil adaptasinya terhadap
lingkungan peralihan antara 2 atau lebih komunitas yang berbeda.
B. SARAN
Bagi para pembaca yang ingin mengetahui lebih jelasnnya
mengenai lumut kerak, agar mencari lagi referensi yang lain karena tidak dapat kami pungkiri bahwa
dalam pembuatan makalah ini, masih banyak kekurangan yang perlu disempurnakan.
DAFTAR
PUSTAKA
Burnie,
David. 2005. Ekologi. Jakarta:
Erlangga
Lumowa, Sonja. 2011. Diktat Ekologi Tumbuhan. Samarinda: Universitas
Mulawarman
file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND.../hk,teori.pdf
Diakses 17 Maret 2012
http://amrielyusar.blogspot.com/2010/08/faktor-pembatas-hukum-dan-toleransi.html
Diakses
17 Maret 2012
http://elfisuir.blogspot.com/2010/02/lingkungan-sebagai-faktor-pembatas.html
Diakses
17 Maret 2012
http://jurgeo.blogspot.com/2011/09/agen-penyebaran-tumbuhan.html
Diakses
17 Maret 2012
Diakses
17 Maret 2012
http://id.merbabu.com/artikel/ekologi.html
Diakses
17 Maret 2012
meilia.student.umm.ac.id/download-as.../student_blog_article_103.
Diakses
17 Maret 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar